PROSES PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK
Daftar Isi
Proses Pembentukan Opini Publik |
Proses
pembentukan opini publik dalam setiap kasus mungkin cepat, lambat, atau
ditangguhkan. Faktor-faktor tertentu membatasi dan memengaruhi sejumlah fakta, pengalaman dan
penilaian
yang menjadi dasar pembentukan opini. Ada kemungkinan terjadi sejumlah
kombinasi antar faktor
yang menguatkan kesamaan opini, tetapi
ada sejumlah faktor
lain yang menguatkan keanekaragaman opini.
Dalam
beberapa kasus, satu
atau beberapa faktor
memberikan pengaruh yang melebih faktor
lain terhadap opini yang dipegang dengan teguh oleh kelompok tertentu. Dalam
kasus lain, sejumlah faktor
memberikan pengaruh yang melemahkan opini.
Akhirnya,
proses pembentukan opini dapat ditangguhkan karena tidak ada informasi atau resolusi yang kuat. Yang ada hanyalah
pengaruh yang kuat, atau
pengaruh yang saling bertentang. Dalam kasus demikian, dikatakan tidak terjadi
pembentukan opini. (Helena Olii.36)
Kekuatan opini publik :
1.
Menjadi
kekuatan sosial
2.
Melanggengkan
atau menghapuskan nilai dan norma dalam masyarakat.
3.
Mengancam
karir seseorang, keberadaan organisasi atau perusahaan.
4.
Mempertahankan
atau menghancurkan organisasi atau perusahaan.
(Nimmo.2005)
Dengan demikian, opini publik merupakan pendapat yang
ditimbulkan oleh adanya unsur-unsur sebagai berikut:
1. Adanya masalah atau situasi yang bersifat kontroversial
yang menimbulkan pro dan kontra.
2. Adanya publik yang terpikat kepada masalah tersebut dan
berusaha memberikan pendapatnya.
3. Adanya kesempatan bertukar pikiran atau berdebat mengenai
masalah yang kontroversial tersebut.
Dari beberapa defenisi diatas maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Opini merupakan suatu pandangan, keputusan, atau taksiran
individu atau kelompok.
2. Opini publik merupakan pengekspresian sikap seseorang
atau kelompok.
3. Opini merupakan kompleksitas keyakinan suatu individu
atau kelompok.
4. Opini publik merupakan penilaian suatu individu atau
kelompok.
5. Opini publik merupakan pendapat suatu individu atau
seseorang.
Faktor-faktor yang dapat membentuk opini tersebut,
menurut D.W. Rajecki, dalam bukunya
Attitute, themes and Advence, (1982), yaitu mempunyai tiga komponen, yang
dikenal dengan istilah ABCs of Attitude,
penjelasannya sebagai berikut:
1. Komponen A: Affect (perasaan
atau emosi)
Komponen ini berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang,
takut, benci, sedih, dan kebanggan hingga muak atau bosanterhadap sesuatu,
sebagai akibat setelah merasakannya atau timbul setelah melihat dan
mendengarkannya. Kemudian komponen efektif tersebut merupakan evaluasi berdasarkan
perasaan seseorang yang secara emotif (aspek emosional) untuk menghasilkan
penilaian, yaitu: ”baik atau buruk”.
2. Komponen B: behaviour
(tingkah laku)
Komponen ini lebih menampilkan tingkahlaku atau perilaku
seseorang, misalnya bereaksi untuk memukul, menghancurkan, menerima, menolak,
mengambil, membeli dan lain sebagainya. Jadi merupakan komponenuntuk
menggerakkan seseorang secara aktif (action
element) untuk mmelakukan ”tindakan atau berperilaku” atas suatu reaksi
yang sedang dihadapinya.
3. Komponen C: Cognition (pengertian atau nalar)
Komponen kognisi ini berkaitan dengan penalaran seseorang
untuk menilai suatu informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan
pendiriannya. Komponen ini mmenghasilkan penilaian atau pengertian darri
seseorang berdasarkan rasio atau kemampuan penalarannya. Artinya kognitif
tersebut merupakan aspek kemampuan intelektualitas seseorang yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan. (dalam Ruslan, 2003:61)
Menurut Renald Kasali, dalam bukunya Menajemen Publik
Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, (2003), bahwa perkembangan opini individual menjadi opini
publik, baik bersifat mendukung mau mendatang, secara garis besarnya melalui
beberapa tahapan-tahapan:
1. Proses waktu
Memerlukan proses waktu
untuk membentuk consensus atas
masing-masing individu, dan berapa lama waktu yang diperlukan sangat tergantung
pada unsur emosi, kesamaan persepsi, kepercayaan atas suatu isu berita yang
tengah berkembang, tingkat pengalaman yang sama dan hingga tindakan yang dinbil
oleh narasumber berita.
2. Cakupan (luasan
publik)
Konsensus atas
masing-masing individu terhadap pembentukan opini publik, biasanya berawal dari
segmen yang paling minor (kecil), kemudian cepat atau lambat menjadi segmen mayor atau berkoalisi dengan
kelompok yang lebih luas.
3. Pengalaman masa lalu
Khalayak (audience) pada umumnya pernah memiliki
pengalaman terhadap isu tertentu yang sedang dibicarakan (diekspos). Makin
intensif hubungan antara audience dan
isu sebagai obyek pembicaraan, maka semakin banyak kesamaan pengalaman yang
akan dirasakan oleh khalayak tersebut menjadi suatu consensus.
4. Tokoh (aktor pelaku)
Hampir setiap kasus
termasuk didalamnya kasus-kasus kriminal yang terekspos keluar oleh media
massa, sudah pasti akan selalu ada ”tokohnya” (actor), baik bersifat intelektual,
politisi, eksekutif, tokoh keagamaan dan masyarakat yang dapat membentuk consensus masyarakat.
5. Media massa sebagai pembentuk opini publik
Berita yang ditampilkan
atau diekspos keluar oleh media massa merupakan cara efektif pembentukan opini
publik atau masyarakat umum (dalam Ruslan, 2003:65-68).
Opini individu muncul sebagai akibat persepsi-persepsi
yang timbul terhadap suatu permasalahan yang terjadi dimasyarakat. Opini
berdasarkan penafsiran setiap individu atau setiap orang akan berbeda pandangannya
terhadap suatu masalah. Opini itu bisa setuju dan tidak setuju, atau
menimbulkan pro dan kontra. Dengan demikian, baru akan diketahui bahwa ada
orang-orang lain yang sependapat dan ada yang tidak sependapat dengan dia,
setelah ia memperbincangkannya dengan orang lain. Jadi, opini publik itu
merupakan perpaduan dari opini-opini individu.
Bagian yang di atas itu .. bukannya "faktor penilaian sikap ???"